03 Juli 2009

Artikel Ekonomi Moneter


Krisis Keuangan Global.
Oleh : Nasrudin

Gejolak moneter yang melanda Amerika Serikat tidak saja mengguncang sendi-sendi ekonomi AS, tetapi menimbulkan kepanikan global. Kejatuhan perusahaan sekuritas keempat terbesar AS, Lehman Brothers, memengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara. Transaksi finansial lintas batas negara juga terganggu. Kejatuhan Lehman Brothers yang berusia 158 tahun itu membuat risiko investasi tersebar dengan sangat cepat.

Kepanikan itu tercermin pada kekacauan bursa saham, harga saham bertumbangan, para pialang mengalami shock, investor dilanda kepanikan, nasabah menyerbu bank, nilai tukar mata uang anjlok, kucuran dana pembangunan tersendat, transaksi perdagangan dihentikan, otoritas pemerintah kehilangan akal, dan urat nadi perekonomian global terancam bangkrut. Krisis keuangan global ”menampar” golongan menengah-atas, yang terbiasa hidup di ”surga moneter”: barang mewah, gaya hidup berkilau. Namun, karena gejolak moneter diramalkan akan lama, ”tamparan” juga akan dirasakan kelas menengah dan kaum miskin, yang hidupnya bergantung pada fluktuasi moneter.

Gejolak moneter di AS dan mengguncang dunia merupakan konsekuensi logis sistem perekonomian ”pasar bebas” dan ideologi (neo)liberalisme. Tak terkecuali di BEI, IHSG dari 2.700 poin pada awal tahun jatuh menembus kisaran angka 1.100 pada medio Oktober. Diperkirakan kondisi resesi global ini masih akan berlangsung pada tahun 2009 sehingga pertumbuhan ekonomi rendah namun demikian fundamental ekonomi Indonesi bisa bertahan meskipun kondisi pasar modal kurang bergairah, fondasi perbankan masih baik untuk mendorong tumbuhnya ekonomi sektor riil. Suhu politik menjelang pemilu 2009 juga berpengaruh terhadap para investor dan cenderung menunggu meskipun situasi politik global diperkirakan akan kondusif dengan hasil pemilu di AS yang lebih memprioritaskan perbaikan ekonomi dari pada perang. Senior Vice President, Economist & Head of Government Relations Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menjelaskan pemulihan ekonomi dunia itu akan didahului oleh menguatnya perekonomian AS dan aktivitas pasar saham dunia yang pulih 6 atau 9 bulan sebelumnya. Namun, hingga pertengahan 2009 rupiah dan mata uang negara-negara di Asia masih tertekan oleh dolar AS. Itu disebabkan oleh kebutuhan dolar AS dari perbankan internasional yang masih sangat tinggi. Paling cepat ekonomi dunia akan tumbuh pada 2010 dan yang akan rebound terlebih dahulu adalah AS, karena sistem ekonomi dan struktur korporasi mereka yang sangat fleksibel. Mereka gampang sekali melakukan PHK [pemutusan hubungan kerja] atau rekrutmen, ujar Fauzi dalam seminar Economic Outlook 2009 bertajuk Prospek Investasi pada Tahun Politik yang diselenggarakan Bisnis Indonesia.

Penutup. Sistem Ekonomi global sedang bermetamorfosa mencari bentuk keseimbangan baru antara sosialis, kapitalis dan konsep konsep ideologi pemikiran lain yang lebih mengedepankan keadilan, moral, hati nurani, kejujuran dan kesejahteraan bersama yang proporsional. Bila terlalu bertumpu pada pasar bebas, globalisasi pasar modal dengan segala permainan derivatifnya maka seperti yang kita lihat akhir-akhir ini akan membuat fondasi ekonomi rapuh, tidak fair dan perilaku manusia mendewakan profit dan uang yang ada di benak pemikirannya. Wajah persaingan bisnis menjadi kejam dan bisnis akan menjadi bunuh-bunuhan antar kompetitor. Orang bisa sangat kaya dan bebas melakukan apa saja karena semua bisa di beli, sementara disisi lain orang bisa sangat miskin karena struktur dan sistem membuat tak berdaya mengubah kehidupannya. Bisa di bayangkan kalau dengan segala kemajuan teknologi termasuk teknologi informasi orang bisa bermain saham dan derivatifnya akan mendapatkan uang seminggu 100juta didepan komputer sementara para pekerja atau petani yang menggerakan sektor riil sebulan banyak yang berpenghasilan kurang dari 1/2juta, apa ini hal yang baik ?. Demikian sumbang saran pemikiran selayang pandang tentang ekonomi dan krisis semoga bermanfaat sebagai bahan diskusi lebih lanjut.

Tidak ada komentar: