27 Juni 2009

Artikel Agama



KENAPA ADA SI KAYA DAN SI MISKIN



Pada surat An-Naml [16], ayat 71 kita membaca, “Allah melebihkan sebagian atas yang sebagian lainnya di antara Kamu dalam urusan rezeki”. Pertanyaan yang muncul adalah dimana letak keadilan dari Tuhan yang disebut sebagai Maha Adil dan Bijaksana ?
Faktor Penyebab Timbulnya Si Kaya dan Si Miskin
Dalam menjawab pertanyaan ini kita harus memperhatikan dua poin di bawah ini secara cermat. Pertama, Tidak diragukan bahwa bagian penting perbedaan yang ada di antara masyarakat dari sisi keuntungan materi dan pendapatan, bertalian dengan perbedaan potensi yang ada pada diri mereka. Perbedaan potensi dan talenta jasmani dan rohani yang menjadi sumber perbedaan pada kuantitas dan kualitas kegiatan ekonomi menyebabkan berbedanya pendapatan yang mereka peroleh (Dengan asumsi tidak terjadi unsur KKN dalam kehidupan masyarakat).
Bahkan orang-orang yang kita jumpai cacat tangan dan kaki, kerapkali mendapatkan pendapatan banyak yang membuat kita takjub. Sekiranya kita merenungkan moralitas, ruh dan jasmani mereka dengan seksama dan melepaskan diri dari penilaian dangkal, kita akan melihat bahwa mereka –galibnya- memiliki kekuatan yang membuat mereka memperoleh apa yang sepatutnya. Secara umum, perbedaan pendapatan bersumber dari perbedaan potensi dan talenta. Potensi dan talenta ini juga merupakan anugerah Illahi. Boleh jadi dalam sebagian masalah bersifat perolehan (iktisâbi, dapat dicapai) namun dalam sebagian lainnya tidak. Bahkan dalam sebuah masyarakat sehat dari aspek ekonomi, perbedaan pendapatan juga sebuah realita yang tidak dapat diingkari.
Kedua, Jika kita kesampingkan terlebih dahulu slogan-slogan yang mengecoh nalar (yang selalu menuntut persamaan di semua bidang), dan anggaplah suatu hari kita dapatkan manusia-manusia rekaan, dapat kita buat imaginer dari berbagai sudut pandang, dan menjejali planet bumi dengan manusia sebanyak lima miliar dalam satu bentuk, satu figur, satu talenta, satu pikiran, dan satu rupa dari setiap sisi, persis seperti robot-robot mainan yang ditawarkan dari satu pabrik, apakah pada hari itu manusia memiliki kehidupan yang lebih baik?
Tentu saja tidak. Alih-alih menjadi lebih baik, kehidupan manusia akan menjadi neraka yang di dalamnya setiap orang akan merasakan kejemuan. Semuanya akan bergerak kepada satu titik dan menghendaki sesuatu yang sama. Semuanya menghendaki satu kedudukan, menyukai satu jenis makanan, dan ingin mengerjakan satu pekerjaan. Sangat jelas, usia kehidupan seperti ini segera akan berakhir. Dan seandainya kehidupan ini harus tetap berlangsung, kehidupan yang mereka alami adalah kehidupan kehilangan ruh; menjemukan, monoton, tidak ada bedanya dengan kematian.
Biarkan Realita Ini Terjadi
Oleh karena itu, perbedaan dengan adanya si kaya dan si miskin adalah demi memelihara keutuhan sistem masyarakat, bahkan membina potensi-potensi yang beragam dan kondisi ekonomi yang berbeda antara masyarakat adalah suatu kelaziman. Adapun cerita tentang suatu negara yang memiliki masyarakat yang sangat kaya dan sejahtera dalam cerita Utopia adalah omong kosong belaka, karena kondisi seperti ini hanya akan kita jumpai di dunia lain yaitu Dunia Akhirat dengan negara yang bernama Surga.
Disadur oleh Pemilik Blog dari berbagai Sumber

Artikel Ekonomi



MENILAI PEMBANGUNAN EKONOMI SBY
Oleh : Yeniwati, SE

Tulisan ini merupakan pemikiran penulis selaku kalangan akademis yang berusaha untuk tidak terkontaminasi oleh kepentingan golongan ataupun politis belaka, tetapi lebih kepada kajian ilmiah, karena melalui hal-hal seperti inilah kita berusaha menyampaikan hal yang baik dan benar kepada masyarakat dan bukan membodohi masyarakat dengan segala slogan-slogan ekonomi dari para capres yang malah membingungkan masyarakat pemilih itu sendiri.
Plus Minus Pembangunan Ekonomi SBY
Kembali kepada judul diatas, dimulai dari tahun 2004 lalu ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memulai pemerintahannya sampai sekarang, laju pertumbuhan ekonomi selalu positif (kisaran 5%), bahkan ketika krisis global terjadi di penghujung tahun 2008 sampai sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat eksis pada point 6.4%, keadaan ini terjadi pada sedikit negara seperti Tiongkok dan India, selebihnya sebagian besar negara-negara di dunia mengalami pertumbuhan yang negatif.
Namun apakah ini merupakan indikator bahwa perekonomian di jaman SBY lebih baik, karena ada beberapa indikator pembangunan ekonomi lainnya yang tampak stagnan dan mengalami kemunduran seperti tumpukan pengangguran dan kemiskinan yang sekarang masih tampak nyata, dan peningkatan hutang luar negeri Indonesia yang cukup besar (Walaupun secara devisa negara mencapai 50 Milyar Dollar dan merupakan terbesar dalam sejarah bangsa ini).
Bila dilihat dari indikator diatas, terutama pada laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai selama ini, memang masih rendah. Akan tetapi pencapaian yang dilakukan saat ini cukup baik bila dilihat dari kacamata sistem perekonomian modern. Dimana pemerintah tidak terlampau banyak melakukan intervensi secara mendalam untuk menyelamatkan ekonomi, dan lebih mengandalkan mekanisme pasar untuk menjadi mesin utama bagi kehidupan ekonomi. Inilah yang tampak menjadi asumsi kebijakan Menteri Perekonomian Boediono saat itu.
Penilaian Pembangunan Ekonomi SBY : Tergantung Selera Anda !
Apakah kebijakan ekonomi Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono sekarang ini sudah yang optimal? Ini mungkin tergantung dari selera. Para ekonom di luar pemerintah suka mengkritik kolega-koleganya di dalam pemerintah, seolah-olah mereka mau mengatakan “kalau saya dijadikan menteri ekonomi maka pembangunan bisa saya genjot”. Tetapi, dari pengalaman sudah terbukti resikonya: inflasi bisa meningkat. Sukses dari policy demikian masih tergantung dari kualitas pemerintahan. Kualitas pemerintahan sekarang menurut penulis mungkin bisa dibilang “cukup”( Nilai C), akan tetapi masih jauh dari ideal.
Akan tetapi bagi yang berselera lain, yang lebih mengutamakan potensi peningkatan pembangunan, dan bahaya inflasi diremehkan. Apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan SBY dalam pembangunan Ekonomi sangat kurang dan semestinya masih dapat ditingkatkan. Karena menurut orang yang berpaham seperti ini, hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggilah dapat menekan pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Sekarang kembali kepada selera kita masing-masing, karena tiap kebijakan perekonomian, apakah itu perekonomian rakyat ( Social Economics ) ataupun perekonomian bebas ( Liberal Economics ) memiliki sisi positif dan sisi negatif, tergantung bagaimana kita memanfaatkan dan menggunakannya…..
Penulis Adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Prodi Ekonomi Pembangunan

23 Juni 2009

Artikel Ekonomi


BELAJAR DARI NEGARA TERMISKIN DI DUNIA
Oleh : Yeniwati, SE

Dalam berbagai karya ilmiah maupun jurnal dari tokoh-tokoh ekonomi Indonesia, 90% lebih condong mengupas perekonomian negara maju ataupun negara sedang berkembang, dan hanya segelintir yang mau meneliti tentang kondisi dan penyebab kenapa sampai tahun 2009 ini masih ada lebih kurang 50 negara yang dikategorikan sebagai negara termiskin di dunia (Alhamdulillah Indonesia tidak termasuk didalamnya).
Lebih ironisnya, negara paling miskin didunia dari 50 negara tersebut adalah tetangga kita Timor Leste, kemudian ada Banglades dan sebagian besar negara-negara konflik di Afrika Barat seperti Angola, Sudan, Gambia, Senegal, Ginea Ekuator.
Penyebab Kegagalan Negara Miskin
Hal yang menarik dari kondisi ekonomi negara-negara ini adalah pada angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Di tahun 2008 lalu, angka pertumbuhan rata-rata mencapai 3-4%. Masalahnya, sebagian besar pertumbuhan itu berkaitan dengan berlipat-gandanya kucuran bantuan dari negara-negara kaya. Sayangnya, menurut UNCTAD pertumbuhan ekonomi tinggi itu tidak langsung berimbas ke dalam penyediaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
Tingkat pendidikan yang sangat rendah, serta keterampilan yang terbatas, membuat penduduk sulit bersaing di pasar kerja, karena produktivitasnya sangat rendah. Dalam hitung-hitungan UNCTAD, lima pekerja di 50 negeri termiskin itu tingkat produktivitasnya sama dengan seorang pekerja di negara berkembang, artinya apa yang dihasilkan oleh seorang pekerja dari Indonesia menyamai apa yang di hasilkan 5 orang pekerja dari Timor Leste ataupun negara miskin lainnya. Dan kalau dibandingkan dengan negara maju, lebih parah lagi. Tingkat produktivitasnya 1 berbanding 94 orang.
Masalahnya, upaya menggerakan roda ekonomi di negara-negara miskin berhadapan pula dengan berbagai perkara lain yang bagai benang kusut. Seperti kerusuhan sosial (Timur Leste tahun 2008 melalui pemberontakan Alvredo), korupsi, dan kekuasaan para diktator (Terjadi disebagian besar negara Afrika), maupun perang antar etnik (Terjadi di Sri Lanka, dan Afganistan). Sementara menurut Michael Hermann, bantuan dari negara maju, juga tak terlalu tertuju pada upaya peningkatan kemampuan ekonomi rakyat.
"Seruan untuk menggerakkan roda perekonomian bukan ide yang revolusioner. Tapi dalam konteks politik, seruan itu hampir seperti perubahan paradigma. Karena politik bantuan pembangunan negara barat cenderung diarahkan untuk bidang sosial. Misalnya saja bantuan lebih difokuskan untuk bidang kesehatan dan pendidikan."
Meskipun pada tanggal 15 Juni 2009 lalu, presiden Amerika Serikat Barack Obama melalui persetujuan kongres mengucurkan bantuan kemanusiaan jutaan dolar bagi negara Somalia. Namun dibalik bantuan tersebut lebih banyak bermuatan politik dan sangat sedikit mempengaruhi perekonomian bagi masyarakat mogadishu.
Huru-hara, kemiskinan, penindasan, korupsi, tingginya utang luar negeri, llangkanya lapangan kerja dan sangat rendahnya upah, membuat banyak warga 50 negara termiskin itu tergerak mengadu nasib ke negara-negara industri maju. Masalahnya, sebagian besar dari arus imigrasi itu berlangsung secara ilegal, dan akhirnya menimbulkan masalah sosial baru (Di tahun 2009 ini saja tercatat 2000 pengungsi dari Afganistan masuk wilayah Indonesia untuk ber imigrasi ke Australia) dan sebagian diantara mereka meninggal didalam perjalanan.
Kita Perlu Belajar Dari Kegagalan Tersebut
Seperti kata pepatah guru yang baik adalah pengalaman, dan pengalaman tersebut tidak selamanya yang baik tapi pengalaman yang buruk sekalipun mengandung suatu nilai hidayah yang dapat diambil intisarinya untuk dipelajari dan dijadikan pegangan bagi kita agar jangan sampai kedepannya negara ini malah terperosok kedalam 50 negara termiskin di dunia tersebut.
Dari pengalaman tersebut ada beberapa hal yang hendaknya pemerintah dan aparatur negara ini dapat lakukan, siapapun nantinya presiden yang terpilih, agar dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi terutama sektor ril (UKM). Kemudian perlunya peningkatan kualitas pendidikan serta pemerataan pendidikan di negeri ini merupakan faktor utama dalam pembangunan ekonomi.
Pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan iklim pertumbuhan investasi yang kondusif serta aman di negeri ini, serta penegakan hukum juga berperan penting dalam penciptaan stabilitas pembangunan ekonomi dan investasi.
Apapun namanya, apakah itu ekonomi pro rakyat, ekonomi lebih cepat lebih baik ataupun ekonomi lanjutkan, seperti slogan-slogan kampanye capres 2009 ini, yang jelas moralitas dari penguasa dan pelaku ekonomi sangat berandil besar bagi tercapainya kemakmuran ataupun kehancuran suatu bangsa. Moralitas yang buruk akan menimbulkan KKN, sehingga terjadi disparitas ekonomi, lalu berlanjut pada separatis dan akhir dari semua itu adalah hancurnya negara ini…
Penulis Adalah Dosen Fakultas Ekonomi UNP Padang
Jurusan Ekonomi Pembangunan

15 Juni 2009

Artikel Ekonomi


MELEPASKAN SUMBAR DARI BELENGGU KEMISKINAN
Oleh : Yeniwati, SE
Perhatian pemerintah daerah terhadap pengentasan kemiskinan tahun-tahun belakangan terlihat mulai membaik, meskipun itu melalui kebijakan turunan dari pusat seperti pemberdayaan UKM melalui PNPM Mandiri, Raskin, sampai pada BLT. Demikian juga dengan pengobatan gratis bagi rakyat kurang mampu dan gratis biaya sekolah tingkat SD sampai SMP.
Akan tetapi sampai batas ini, kemiskinan masih tetap ada dan provinsi ini semakin sukar untuk keluar dari belenggu kemiskinan itu sendiri (Walaupun provinsi lainnya juga ada yang lebih miskin dari Sumbar).
Penyebab Kegagalan Program Penanggulangan Kemiskinan
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Sumbar. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin (Raskin) dan program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
Meskipun ada beberapa program pemerintah yang cukup baik dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui PNPM Mandiri, BOS untuk tingkat SD dan SMP, serta jaminan pelayanan kesehatan masyarakat yang kurang mampu. Namun program yang baik akan tidak tepat sasaran apabila pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah tidak mampu mengarahkan masyarakat marginal yang menerima program tersebut untuk mendistribusikan dananya bagi hal-hal yang produktif, sehingga oportunity cost dapat ditekan dan meningkatkan produktifitas masyarakat itu sendiri.
Sebagai contoh, dengan gratisnya sebagian dari uang sekolah baik itu buku pelajaran, uang pembangunan dan beberapa komponen biaya yang semestinya dan selama ini menjadi beban biaya oleh masyarakat dan kini di tanggung pemerintah, sepatutnya masyarakat dapat mengalihkan pos anggaran biaya tersebut untuk keperluan lain yang bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya. Jangan sampai program ini menjadi paradoks economic. Disatu sisi masyarakat tidak perlu lagi membeli buku pelajaran namun sisi lainnya masyarakat meningkatkan pembelian untuk keperluan konsumtif lainnya. Demikian juga BLT yang sepatutnya untuk menutupi defisit biaya akibat kenaikan BBM, malah dipergunakan sebagai modal untuk baampok di lapau atau pasang togel.
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal.
Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk program-program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran keluarga prasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN.
Kedua data ini pada dasarnya ditujukan untuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan asumsi yang menekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak. Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan tingkat keragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar yang mencakup banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi, organisasi sosial, sifat budaya, maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal seperti Provinsi Sumatera Barat ini.
Bisa saja terjadi bahwa angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis untuk kepentingan daerah ini, dan bahkan bisa membingungkan pemimpin lokal (pemerintah kabupaten/kota). Sebagai salah satu kriteria masyarakat miskin yang menerima BLT, rumahnya belum berlantai semen dan masih berlantai tanah. Namun bila dilihat isi perabot rumah tersebut yang mana alat elektroniknya komplit baik itu TV, bahkan sampai kepada Kulkas, apakah ini masih masuk dalam kategori masyarakat miskin ?
Secara konseptual, data makro yang dihitung BPS selama ini dengan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) pada dasarnya (walaupun belum sempurna) dapat digunakan untuk memantau perkembangan serta perbandingan penduduk miskin antardaerah di Sumbar. Namun, data makro tersebut mempunyai keterbatasan karena hanya bersifat indikator dampak yang dapat digunakan untuk target sasaran geografis, tetapi tidak dapat digunakan untuk target sasaran individu rumah tangga atau keluarga miskin. Untuk target sasaran rumah tangga miskin, diperlukan data mikro yang dapat menjelaskan penyebab kemiskinan secara lokal, bukan secara agregat seperti melalui model-model ekonometrik.
Strategi Pemerintah Daerah ke depan
Data dan informasi kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan serta pencapaian tujuan atau sasaran dari kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, baik di tingkat provinsi, kenagarian maupun jorong.
Kajian secara ilmiah terhadap berbagai fenomena yang berkaitan dengan kemiskinan, seperti faktor penyebab proses terjadinya kemiskinan atau pemiskinan dan indikator-indikator dalam pemahaman gejala kemiskinan serta akibat-akibat dari kemiskinan itu sendiri, perlu dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota dengan dibantu para peneliti perlu mengembangkan sendiri sistem pemantauan kemiskinan di daerahnya, khususnya dalam era otonomi daerah sekarang. Para peneliti tersebut tidak hanya dibatasi pada disiplin ilmu ekonomi, tetapi juga disiplin ilmu sosiologi, ilmu antropologi, dan lainnya.
Sebagai wujud dari pemanfaatan informasi untuk proses pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pembangunan di daerah, diusulkan agar dilakukan pemberdayaan pemerintah daerah, instansi terkait, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pemanfaatan informasi untuk kebijakan program. Kegiatan ini dimaksudkan agar para pengambil keputusan, baik pemerintah daerah, dinas-dinas pemerintahan terkait, perguruan tinggi, dan para LSM, dapat menggali informasi yang tepat serta menggunakannya secara tepat untuk membuat kebijakan dan melaksanakan program pembangunan yang sesuai.
Pemerintah daerah perlu membangun sistem pengelolaan informasi yang menghasilkan segala bentuk informasi untuk keperluan pembuatan kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan yang sesuai. Perlu pembentukan tim teknis yang dapat menyarankan dan melihat pengembangan sistem pengelolaan informasi yang spesifik daerah. Pembentukan tim teknis ini diharapkan mencakup pemerintah daerah dan instansi terkait, pihak perguruan tinggi, dan peneliti lokal maupun nasional, agar secara kontinu dapat dikembangkan sistem pengelolaan informasi yang spesifik daerah, sehingga suatu saat nanti kita dapat melihat bahwa provinsi Sumatera Barat ini benar-benar dapat terlepas dari belenggu kemiskinan dan menuju kepada kemakmuran.
* Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi UNP Padang

13 Juni 2009

Berita Dari Malaysia


GANYANG MALAYSIA DENGAN KARYA SENI

Akhir- akhir ini kita sebagai bangsa Indonesia merasa terlecehkan dan terhina atas perlakuan negeri jiran Malaysia yang tak lain adalah“sang adik” baik itu menyangkut kasus Manohara yang merupakan putri yang disiksa oleh sang pangeran kelantan yang tak lain adalah suaminya sendiri. Begitu juga kasus perbatasan di blok ambalat.
Belum lagi kasus klasik atas perlakuan TKI khususnya TKW yang terakhir (dan semoga benar-benar terakhir) yang menimpa Siti Hajar atas perlakuan tidak manusiawi dari majikannya.
Dengan Karya Seni Malaysia Kecil dimata Kita
Terlepas dari semua persoalan diatas, ada satu hal yang sampai saat ini masih membuat kita berbangga hati, tak lain adalah karya seni anak bangsa yang benar-benar telah “mengganyang Malaysia”.
Untuk yang satu ini, Malaysia sudah mengibarkan bendera putih dan tidak dapat bertepuk dada dihadapan kita bangsa Indonesia.
Coba saja simak dari 90 persen lagu-lagu yang diedarkan di stasiun-stasiun televisi maupun radio lokal Malaysia adalah lagu-lagu dari Indonesia baik yang dinyanyikan langsung oleh penyanyi Indonesia ataupun dinyanyikan oleh penyanyi lokal.
Bahkan sinetron-sinetron yang kadaluarsa maupun yang tidak laku dinegeri ini, laris manis di negeri jiran tersebut, apakah ini indikasi selera masyarakat Malaysia sangat rendah, atau karena bakat seni mereka yang minim.
Terlepas dari hal tersebut, sampai saat ini karya seni anak bangsa benar-benar telah merajai Malaysia. Bahkan Novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman yang diangkat kelayar lebar juga menjadi perbincangan hebat dan menjadi best book seler 2008 di negeri tersebut, baik untuk novel maupun filmnya.
Malaysiapun siap-siap untuk diganyang kembali oleh film fenomenal dari pengarang novel yang sama, yaitu Ketika Cinta bertasbih yang akan meramaikan bioskop-bioskop setempat di bulan Juni ini.


Proteksi Pemerintah Malaysia Tidak Mempan
Sebenarnya pemerintah Malaysia menyadari ekspansi maupun invasi karya seni Indonesia di negeri mereka. Untuk itu berbagai cara dibuat oleh pemerintah dan juga pelaku seni negeri tersebut, salah satunya membatasi stasiun radio di Malaysia untuk mengudarakan lagu-lagu Indonesia, dan hanya boleh di dengarkan diatas jam 10.00 malam. Begitu juga stasiun TV untuk mengurangi undangan bagi seniman-seniman maupun grup musik Indonesia didalam mengisi acara di TV tersebut.
Berbagai reaksi muncul, bukannya di Indonesia tapi justru datang dari masyarakat Malaysia itu sendiri. Bagi Penggiat seni hal ini menguntungkan bagi mereka karena membuka kesempatan untuk unjuk gigi dihadapan publiknya sendiri meskipun dengan kualitas dan kemampuan yang pas-pasan.
Bahkan dalam sebuah tulisan di Berita Harian Malaysia, ada seorang Mahasiswi Malaysia yang sedang menuntut ilmu di Indonesia yang mengungkapkan kekecewaannya atas kondisi yang ada saat ini dengan judul “ Hasil Karya Artis Tempatan Patut Diutamakan”.
Dimana dalam tulisannya, mahasiswi tersebut sangat khawatir atas ekspansi karya seni Indonesia dinegerinya, bahkan mendesak pemerintah setempat untuk menaikan cukai atas produk-produk karya seni Indonesia.
Namun bagi masyarakat awam di Malaysia yang sudah terbiasa dan terhipnotis oleh karya seni Indonesia, hal ini adalah pemasungan atas selera dan kebebasan mereka didalam menikmati karya seni yang bermutu.


Penutup
Setelah berjaya dengan karya seni, kita juga dapat lebih bertepuk dada tepatnya di bulan oktober 2009 nanti, dimana pada bulan tersebut UNESCO sebagai badan di bawah naungan PBB yang bergerak dibidang seni dan budaya menetapkan dan mengesahkan BATIK sebagai cagar budaya Indonesia di dunia.
Dapat dibayangkan begitu banyaknya warga Malaysia yang memakai baju batik saat ini akan merasakan bahwa baju yang mereka pakai adalah karya agung dari sebuah negara besar INDONESIA RAYA…..